Diskusi Ilmiah

UMS, Fakultas Psikologi – Para dosen fakultas psikologi UMS mengadakan diskusi ilmiah dengan pemateri Wisnu Sri Hertinjung, S.Psi., M.Psi., Psikolog dan Aad Satria Permadi, S.Psi., M.A.

Diskusi yang dihadiri oleh para dosen, staf, dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan menghadirkan dua narasumber yaitu Wisnu Sri Hertinjung, S.Psi., M.Psi., Psikolog dan Aad Satria Permadi, S.Psi., M.A. yang bertempat di ruang Audio Visual. Salah satu narasumber Wisnu Sri Hertinjung, S.Psi., M.Psi., Psikolog memaparkan mengenai hasil penelitiannya tentang profil kepribadian pada santri tahfid Qur’an, penelitian tersebut ditampilkan guna menjawab pertanyaan yang kadang muncul dari beberapa dosen terkait penerimaan mahasiswa baru melalui jalur hafidz qur’an. Hasil dari penelitian dapat diketahui bahwa santri tahfid memiliki kognitif dan kemampuan verbal yang baik serta memiliki beberapa kekurangan, dari kekurangan tersebut maka dibuatlah modul yang diberikan kepada pihak pesantren untuk mengatasi kekurangan tersebut. Harapannya kedepan mampu meneliti lebih lanjut untuk melihat faktor apa saja yang dapat ditemukan.

Kemudian, dari narasumber kedua yaitu Aad Satria Permadi, S.Psi., M.A. memaparkan terkait Hakikat Pemimpin “Kagetan”? : Sebuah Penjelasan Psikologi Kognitif. Di dalam diskusi ilmiah ini beliau menjelaskan bagaiamana fenomena kagetan atau terkejut bisa terjadi. Dalam psikologi kognitif dijelaskan bahwa keterkejutan disebabkan oleh ketidakmampuan akal menjelaskan sebuah kejadian secara rasional. Jika seseorang dapat menjelaskan sebuah kejadian abnormal secara rasional, maka dia tidak akan terkejut namun orang-orang yang terkejut dengan kejadian abnormal, membutuhkan tambahan pengetahuan untuk memudahkan akalnya. Secara sederhana, kecerdasan dan luasnya pengetahuan, memainkan peran penting dalam keterkejutan seseorang. Semakin cerdas dan banyak pengetahuan, maka semakin jauh dari sifat “kagetan”. Sehingga beliau berpesan, jangan menganggap sepele sifat “kagetan”, apalagi jika sifat itu dimiliki oleh seorang pemimpin. Pemimpin yang “kagetan” akan selalu salah mengambil kebijakan, karena kemampuan akal dan buruknya literasi membuat ia tak mampu menemukan akar masalah. (awr)

Scroll to Top