UMS, Fakultas Psikologi – Indra Kusumawati, mahasiswi semester 7 Fakultas Psikologi UMS terpilih menjadi salah satu delegasi Youth For Future batch 3 di Pusat Pendidikan Warga Negara Indonesia Klang, Selangor, Malaysia, Rabu-Sabtu (15-18/08/2018).
Youth For Future merupakan sebuah organisasi kepemudaan yang berfokus untuk mempersiapkan generasi muda sebagai pemimpin masa depan dengan pembekalan karakter bagi muda-mudi Indonesia. Dituturkan Sukma, panggilan akrab Indra Kusumawati, kesempatan tersebut ia dapatkan melalui proses seleksi. Tahapan seleksi yang dilalui berupa seleksi berkas, seleksi esai, dan seleksi wawancara hingga terpilih sejumlah 35 delegasi dari seluruh Indonesia.
Program pengabdian yang berlangsung pada tanggal 15-18 Agustus 2018 di Malaysia berupa Indonesia Youth Teaching Program yakni sebuah kegiatan yang diinisiasi dengan tujuan untuk menanamkan semangat nasionalisme anak TKI dengan memberikan pengajaran berbasis pendekatan akhlak dan pembentukan karakter nasionalisme. Selain mengajar, terdapat pula program pelatihan kewirausahaan yang diberikan kepada Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Malaysia sebagai bekal ketika kelak kembali ke Indonesia. “Karena yang dikeluhkan, kehidupan di Malaysia sudah nyaman sementara hidup di Indonesia urusan administrasi, pendidikan, dan cari kerja saja susah,” papar Sukma, Jum’at (30/11).
Mahasiswa yang gemar traveling ini, mengaku bersyukur mendapat pengalaman pengabdian tersebut berupa pembelajaran hidup yang baru dan banyak kegiatan positif yang dibagikan. “Ketika kamu mengejar kesenangan, lakukanlah. Tapi jangan lupa ambil makna, pelajaran, bagikan, dan terapkan. Karena kalau bukan pemuda, siapa lagi yang akan mulai memajukan bangsa ini?” pesan Sukma kepada para pemuda, Rabu (05/12).
Sebelumnya, pada batch 1 di Maret 2018, Fakultasi Psikologi UMS juga mengirimkan 1 delegasinya dari pihak dosen yaitu Laila Listiana Ulya, S.Psi., M.Psi., Psikolog untuk melakukan program pengabdian yang sama, salah satunya berupa psikoedukasi. “Pengabdian tidak terbatas pada ruang dan waktu. Jika dunia internasional pun memanggil konstribusi kita sebagai seorang akademisi dan praktisi maka kita juga perlu untuk memenuhinya,” paparnya. (zr)